Rabu, 30 Januari 2008

Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik

Semua orangtua pasti ingin dan pasti berusaha sekuat tenaga untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anaknya. Tidak ada panduan baku untuk menjadi orangtua yang baik. Tapi tidak ada salahnya kan jika kita menyimak saran atau pengalaman orang lain. Bukankah tidak ada yang lebih indah di dunia ini selain mendengar anak-anak kita berkata, “Ibu.., Ayah.., we think you’re the best parents in the world!!”.

Berikut ini adalah kiat-kiat untuk menjadi orangtua yang baik menurut beberapa pakar dari negara Paman Sam

Ciptakan Ritual Keluarga
Apakah anda punya kegiatan tertentu yang biasa dilakukan bersama oleh anda dan anak-anak? Kalau iya, itu sangat baik. Yang dimaksud dengan ritual keluarga di sini bukan lah hal-hal atau kegiatan yang rumit dan merepotkan. Cukup hal-hal sederhana saja, tetapi rutin dilakukan. Apapun jenis kegiatannya, yang penting anda dan anak-anak harus benar-benar enjoy. Dan penting untuk diingat, sebaiknya kegiatan itu dilakukan terus walaupun mungkin anda sedang kesal terhadap anak-anak. Jangan jadikan ritual keluarga ini sebagai reward and punishment (“karena kamu nakal, besok nggak diajak jalan pagi sama ibu, ayah dan kakak!”, misalnya). Sebab, ritual keluarga merupakan kesempatan bagi anda dan anak-anak untuk “berhubungan” satu sama lain.

Kenali Kepribadian Anak Anda
Setiap anak adalah individu yang unik, meskipun berasal dari keluarga yang sama, sehingga anda tidak bisa memberi perlakuan yang sama untuk setiap anak anda. Oleh sebab itu, kenali lah temperamen dan sifat anak-anak anda dengan sebaik-baiknya. Tangani setiap anak dengan cara yang paling baik dan sesuai dengan kepribadiannya. Dengan demikian, anda meminimalkan konflik dengan mereka. Misalnya; anak anda adalah anak yang tidak mudah berhadapan dengan perubahan atau situasi baru, ya jangan dipaksa. Mungkin bercerita kepadanya tentang situasi yang baru itu, akan menenangkannya sehingga pelan-pelan ia mau bergabung.

Jadi Contoh yang Baik
Kesalahan yang umum terjadi pada orangtua adalah mereka mengatakan satu hal kepada anak-anaknya, tapi melakukan hal yang lain. Meskipun mungkin kesalahan tersebut terjadi tanpa di sengaja (ya namanya juga khilaf..), tetapi itu mengajarkan inkonsistensi kepada anak. Misalnya, kita mengajarkan anak untuk bersabar tetapi kita sendiri tidak mau mengantri ketika hendak membayar belanjaan di supermarket. Bukan berarti bahwa orangtua harus menjadi sosok yang sempurna dan tanpa cela (lagipula mana ada manusia yang sempurna?!). Hanya saja, penting untuk diingat jika kita (orangtua, red) melakukan kesalahan jangan segan atau malu untuk mengakuinya. Misalnya, anda sedang stress dan tidak sengaja melampiaskannya kepada si kecil, ya anda harus bersikap sportif kepadanya dengan mengatakan “Maaf ya sayang, tadi Ibu bentak kamu. Seharusnya Ibu nggak seperti itu..”.

Doronglah Anak untuk Bereksplorasi
Anak-anak sangat senang bereksplorasi karena itulah cara mereka belajar. Seperti jargon iklan sebuah merk sabun cuci: Nggak Kotor, ya nggak belajar!. Terlalu banyak larangan akan mengajarkan anak untuk selalu segan dan takut-takut. Sebagai orangtua kita harus memastikan bahwa lingkungan anak bersifat kondusif untuknya bereksplorasi. Jadi, sekali-kali tidak apa-apa lah bila si kecil mengobrak-abrik rak pakaian atau membuat lukisan dengan makanannya......

Tetapkan Batas yang Jelas
Walaupun kita memberi anak-anak kebebasan untuk bereksplorasi, tetapi jangan lupa untuk juga menetapkan batasan atau peraturan yang tegas (duuh, susah juga yaa...). Tetapi, orangtua harus menjelaskan kepada anak-anaknya tentang peraturan atau batasan itu dengan cara yang baik. Lembut tapi tegas. Toh, peraturan tersebut juga untuk kebaikan mereka di masa depan. Karena menurut studi, peraturan akan membuat anak-anak merasa aman dan juga mengajarkan mereka tentang kontrol diri dan kepercayaan diri.

Jadilah Supporter Terbesar untuk Anak
Hal terpenting yang harus anda ingat dan lakukan adalah selalu katakan dan tunjukkan bahwa anda benar-benar sayang dan peduli kepada mereka, bahwa anda mempercayai mereka. Hasil penelitian menunjukkan, anak-anak yang orangtuanya selalu menunjukkan cinta mereka (tapi dengan cara yang benar ya), tumbuh menjadi anak yang tegar dan mampu menghadapi kekecewaan, penolakan dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya dengan lebih baik. Mungkin, kita bisa memulainya dengan mengatakan I love You kepada si kecil dan memeluknya dengan erat setiap pagi ketika ia bangun dari tidur lelapnya.

Prioritaskan Family Time
Boleh-boleh saja memberi kegiatan ekstra kepada anak, seperti les musik, melukis, beladiri, bahasa, dan lain sebagainya. Mungkin saja anak anda memang enjoy dengan semua itu, tetapi jangan sampai karena aktifitas individunya yang seabrek itu membuat anak anda (dan juga anda tentunya!) menjadi kurang “gaul” di dalam lingkungan keluarganya sendiri. Berkumpul bersama keluarga besar, menginap di rumah kakek-nenek atau om dan tantenya, atau bahkan hanya sekedar berkumpul bersama untuk makan siang di akhir minggu, juga penting lho untuk perkembangan anak. Karena kedekatan dengan keluarga (baik keluarga kecil maupun keluarga besar anda) akan mengajarkan kepada anak-anak bahwa kegiatan individu itu bisa berakhir sewaktu-waktu, tetapi hubungan kekeluargaan berlangsung seumur hidup mereka. Jadikan saat-saat untuk berkumpul dan santai bersama keluarga sebagai prioritas utama anda. So, jangan takut dianggap ketinggalan kereta kalau anak anda tidak sesibuk anak teman anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar