Sudah bisa dipastikan kalau seseorang mengkonsumsi obat karena ingin sembuh dari suatu penyakit. Terkecuali karena niat-niat lain seperti bunuh diri. Tetapi kadang, setelah seseorang mengkonsumsi obat tidak mendapatkan kesembuhan dan berdampak buruk baginya. Berbagai kemungkinan bisa jadi alasan yang menyebabkan dampak buruk obat. Mulai dari kesalahan aturan mengkonsumsi obat, kemungkinan kesalahan diagnosis dokter yang memberikan obat, sampai pada kemungkinan mengkonsumsi obat palsu.
Karena pada beberapa kasus yang terjadi, karena ingin beli yang murah, seseorang membeli obat (berdasarkan resep dokter) di tempat yang tidak terjamin keasliannya dan akhirnya memperoleh obat palsu. Untuk lebih memahami dampak obat, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui efek samping obat. Setiap obat, tak terkecuali obat jantung, pasti memiliki efek samping. Aspirin misalnya, obat pengencer darah ini bisa menyebabkan mual, muntah, rasa panas di dada, gangguan pencernaan, bahkan bisa menimbulkan perdarahan di saluran cerna. Misalnya, Atenolol, obat yang diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah dan irama jantung bisa jadi menimbulkan efek rasa lelah, irama jantung lambat, dan kesulitan bernapas. Sementara obat jenis antiplatelet, pencegah serangan jantung dan stroke seperti clopidogrel bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, sembelit, sakit kepala, gejala seperti flu, nyeri sendi atau punggung, dan ruam.
Mungkin masih banyak efek samping lain yang bisa ditemui. Demikian juga efek samping beberapa jenis obat lain, seperti untuk keluhan sariawan. Karena itu, sebaiknya sebelum mengkonsumsi obat, terlebih dahulu melihat brosur obat. Seandainya efek samping tersebut belum tertera dalam brosur obat, sebaiknya memberitahukan segera ke dokter atau apoteker yang meresepkannya. Kebanyakan obat didesain untuk menyembuhkan penyakit atau mencegah serangan. Seperti pisau, tak hanya manfaat yang bisa diperoleh, tetapi efek-efek yang mungkin tidak kita harapkan bisa jadi muncul. Karena itu, obat harus melewati siklus panjang sebelum disetujui oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk bisa dikonsumsi masyarakat.
Proses ini meliputi penelitian efek obat terhadap tubuh dari segi penyerapan maupun transportasinya ke berbagai organ di tubuh, transformasinya menuju molekul lain (metabolit), dan eliminasi. Termasuk di dalamnya penelitian akan efikasi (manfaat) dan toleransinya terhadap tubuh. Selanjutnya, rasio antara manfaat dan risiko akan dihitung dan dianalisis dengan parameter tertentu apakah obat ini bersifat menyembuhkan, hanya mencegah, atau keduanya. Hasilnya, rasio antara manfaat dan risiko ini dibandingkan dengan terapi lain yang ada. Bila hasilnya positif, artinya manfaatnya lebih banyak dibanding risikonya, barulah obat ini bisa disetujui untuk dipasarkan.
Karena pada beberapa kasus yang terjadi, karena ingin beli yang murah, seseorang membeli obat (berdasarkan resep dokter) di tempat yang tidak terjamin keasliannya dan akhirnya memperoleh obat palsu. Untuk lebih memahami dampak obat, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui efek samping obat. Setiap obat, tak terkecuali obat jantung, pasti memiliki efek samping. Aspirin misalnya, obat pengencer darah ini bisa menyebabkan mual, muntah, rasa panas di dada, gangguan pencernaan, bahkan bisa menimbulkan perdarahan di saluran cerna. Misalnya, Atenolol, obat yang diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah dan irama jantung bisa jadi menimbulkan efek rasa lelah, irama jantung lambat, dan kesulitan bernapas. Sementara obat jenis antiplatelet, pencegah serangan jantung dan stroke seperti clopidogrel bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, sembelit, sakit kepala, gejala seperti flu, nyeri sendi atau punggung, dan ruam.
Mungkin masih banyak efek samping lain yang bisa ditemui. Demikian juga efek samping beberapa jenis obat lain, seperti untuk keluhan sariawan. Karena itu, sebaiknya sebelum mengkonsumsi obat, terlebih dahulu melihat brosur obat. Seandainya efek samping tersebut belum tertera dalam brosur obat, sebaiknya memberitahukan segera ke dokter atau apoteker yang meresepkannya. Kebanyakan obat didesain untuk menyembuhkan penyakit atau mencegah serangan. Seperti pisau, tak hanya manfaat yang bisa diperoleh, tetapi efek-efek yang mungkin tidak kita harapkan bisa jadi muncul. Karena itu, obat harus melewati siklus panjang sebelum disetujui oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk bisa dikonsumsi masyarakat.
Proses ini meliputi penelitian efek obat terhadap tubuh dari segi penyerapan maupun transportasinya ke berbagai organ di tubuh, transformasinya menuju molekul lain (metabolit), dan eliminasi. Termasuk di dalamnya penelitian akan efikasi (manfaat) dan toleransinya terhadap tubuh. Selanjutnya, rasio antara manfaat dan risiko akan dihitung dan dianalisis dengan parameter tertentu apakah obat ini bersifat menyembuhkan, hanya mencegah, atau keduanya. Hasilnya, rasio antara manfaat dan risiko ini dibandingkan dengan terapi lain yang ada. Bila hasilnya positif, artinya manfaatnya lebih banyak dibanding risikonya, barulah obat ini bisa disetujui untuk dipasarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar