Kamis, 16 Oktober 2008

Arti Kehadiran Orang Lain

Kehadiran Orang Lain
Anda ingin sukses? Bergaullah dan belajarlah dari orang lain. Anda ingin nyaman dimanapun anda berada? Hormatilah dan belajarlah bersama orang lain. Jangan kira anda bisa bahagia, sukses, nyaman, dan mengerti diri tanpa kehadiran orang lain. Ingat, anda bukan Tarzan yang hidup di hutan. Masing –masing orang membawa struktur interconnectedness (saling terhubung) dalam dirinya. Karena itu, sadarilah dan alamilah arti kehadiran orang lain, teman, saudara maupun rekan kerja anda.

Prinsip Dasar :
1. Nilai Ultim
Apa artinya nilai ultim? Nilai ultim adalah nilai tertinggi yang dicari dan dirindukan orang. Nilai seperti ini berada di luar kategori, komparasi, dan evaluasi. Nilai ini tak bisa ditukar dengan materi apapun. Ia justru bisa menggantikan materi. Beberapa nilai ultim itu antara lain kebersamaan, solidaritas, makna diri, persembahan diri dan pemenuhan diri. Nilai-nilai ultim seperti ini ada dan muncul dalam persatuan dengan orang lain. Apa artinya berkoar-koar tentang menghormati orang lain, mencitai orang lain dan berjuang untuk orang lain kalau ternyata anda tak tahu, tak dekat dan tak menyadari kehadiran orang lain? Anda bahkan tak bisa memahami diri dan memberi makna pada hidup anda kalau anda tak tahu, tak dekat dan menyadari kehadiran orang lain.

2. Dimensi Antropologis-Sosial
Kehadiran orang lain itu menguatkan kehadiran anda. Sederhananya, siapa, apa dan bagaimana seharusnya anda bersikap itu tergantung juga pada orang lain. Benar sekali bahwa menjadi siapa anda nanti adalah tanggung jawab anda sendiri. Dan masing-masing orang tak memikul tanggung jawab besar itu kalau tak ingin teralienasi. Tapi ingat baik-baik, anda bisa salah sangka, bisa salah merumuskan diri, bisa salah menentukan arah hidup, bisa salah memilah antara keinginan dan kebutuhan, kalau anda tak membuka diri, bergaul dan belajar bersama orang lain. Bukankah orang lain tahu sesuatu yang tidak anda tahu? Anda juga tak bisa bersikap seenaknya karena konteks dan kepentingan anda bisa saja melanggar konteks dan kepentingan orang lain. Sampai titik ini, kehadiran orang lain bisa menjadi pembimbing bagaimana anda seharusnya tampil sebagai manusia yang sadar akan dorongan kuat untuk memaknai hidup, tetapi juga terbuka dan melindungi orang lain.

3. Dimensi Teologis-Spiritual
Adalah sebuah kebohongan besar bahwa anda mengklaim diri beragama, mencitai The Only One, tapi pada saat bersamaan anda alergi dekat, mencintai dan menghormati orang lain. Apa artinya tunduk tulus dihadapan sajadah, berlutut sampai berdarah dihadapan salib, keluar masuk tempat beribadah hingga lupa makan, kalau anda tidak memberi senyuman yang tulus kepada orang lain, menyapa orang dengan lembut dan menghormati orang lain yang berbeda dengan anda.

Yang Harus Dilakukan :
1. Menghormati Orang Lain
Ini prinsip pertama yang mesti anda kunyah baik-baik ketuka berhadapan dengan orang lain. Hormati orang yang anda temui bukan karena orang itu punya uang, punya kuasa dan wibawa, tetapi karena orang itu adalah manusia. Menghormati orang lain berarti membiarkan orang lain menunjukkan haknya. Kalau dia berbicara sesuatu (yang berguna atau mengungkapkan kebenaran), biarkan dia berbicara. Kalau dia mau berbuat sesuatu yang konstruktif, jangan halangi. Kelihatannya anda memberikan “sesuatu” ketika anda berbuat seperti itu, tapi sebetulnya anda yang mendapatkan banyak hal dari mereka. Egoisme anda bisa diminimalisir dan kesombongan anda hilang, yang pada akhirnya tercipta sebuah relasi dialogis yang mutual.

2. Bertanggung Jawab
Apa artinya berpikir hebat, menjadi orang pintar, tapi tidak tahu bertanggung jawab terhadap hidup orang lain? Sadar atau tidak, setiap orang yang anda temui itu "menantang" tanggung jawab anda terhadap mereka. Setiap wajah orang yang kita lihat dan menatap kita itu “berseru” kepada kita untuk membantu mereka, menolong mereka, bertanggung jawab terhadap hidup mereka. Persisnya, wajah orang itu mengatakan sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Kalau dia sedih, dan anda ingin sekali mengurangi kesedihan itu, perhatikan baik-baik wajahnya. Ada gelagat disitu. Kalau dia cemas, perhatikan baik-baik wajahnya supaya anda bisa membantunya mengurangi kecemasan itu. (lihat Fugacity)

3. Belajar Nilai Diri dan Hidup
Jangan kira bahwa anda tidak belajar sesuatu dari anak kecil. Dia mungkin tak hebat dan pintar seperti anda, tapi dia bisa “mengajar” anda bagaimana bersikap lembut, polos, lugu, dan tampil apa adanya (tanpa topeng). Jangan berpikir bahwa seorang rekan kerja yang bicaranya patah-patah, logikanya sering tak nyambung sehingga lebih banyak diam, tak bisa “mengajar” anda. Dia justru “menantang” anda bagaimana seharusnya rendah hati, mendengarkan orang lain dan bersikap sederhana. Justru dalam relasi dengan orang lain inilah anda mendapat banyak hal untuk kepenuhan diri anda (bukan kepenuhan materi). Orang yang melepaskan diri dari relasi dengan orang lain, maka ia akan “kesepian”, “kosong”, dan “mati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar