Workaholic, kelainan di balik kesan positif ”Workaholic merupakan sebuah penyakit sycho social yang paling baik dibanding yang lain, sebuah kompensasi yang bersifat positif karena semua kegiatan dialihkan ke pekerjaan, hanya saja tidak punya motivasi untuk perform” (Tika Bisono)
Workaholic atau Pekerja Keras ?
Keinginan untuk mencukupi segala kebutuhan duniawi biasa memacu untuk Anda bekerja lebih keras lagi. Namun apakah itu menjadi sebuah kecanduan yang berlebih sehingga tidak memikirkan kepentingan laiinnya ? Bila Anda memiliki ciri seperti itu, Anda bisa disebut seorang workaholic. Penderita workaholic selalu merasa kekurangan waktu, karena masih banyak pekerjaan yang ingin ia lakukan. Pencandu ini juga kerap merasa tertekan di saat tidak ada lagi pekerjaan yang bisa ia lakukan. Terbengong atau "menganggur" dapat menyebabkan kegelisahan bagi pencandu kerja. Akibatnya, rencana kerja lebih banyak dari jadwal yang ada.
Workaholic atau kecanduan kerja berbeda dengan istilah pekerja loyal (loyal worker) dan pekerja keras (hardworker). Pekerja loyal adalah kelompok pekerja yang segala produktivitasnya berdasarkan pada dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan maupun perusahaannya. Sedangkan pekerja keras merupakan istilah yang paling umum untuk menggambarkan orang-orang yang bekerja keras, apa pun motif, target, dan latar belakangnya. Orang jadi pekerja keras karena memang dirinya menginginkannya atau karena tidak punya pilihan.
Menurut Tika Bisono workaholic ada beberapa kriteria, yaitu :
- Workaholic adalah situasi yang sangat tidak sehat, namun dapat di mengerti jika workaholic itu dalam rangka mencari solusi dari masalah di luar dari pekerjaan kantor.
- Workaholic dalam konteks pelarian dari sebuah masalah yang sedang di hadapi. Masih dalam bentuk yang wajar, namun jika sudah mengerjakan tugas kantor kelewat dari porsinya, harus di sadari bahwa workaholic itu harus di imbangi dengan istirahat yang cukup, karena akan mengakibatkan gangguan kesehatan yang nantinya akan merugikan penderita itu sendiri.
“Workaholic dapat di sembuhkan dengan mengatasi akar permasalahan yang membuat penderita menjadi ‘cinta dunia kerjanya’, namun kesembuhan tentunya tergantung personalnya sendiri dan sejauh apa permasalahan yang sedang di hadapi,” ungkap Tika Bisono.
Workaholic berdampak pada Fisik dan Psikologis
Workaholics atau ketagihan bekerja bisa menimbulkan dampak fisik dan psikologis terhadap orang tersebut dan keluarganya. Intervensi juga dibutuhkan untuk mengenali ketagihan pada pekerjaan dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Bagi seorang workaholic, tempat kerja adalah suatu sarana untuk mereka menyalurkan keinginannya. Biasanya workaholic akan mengalami depresi, cemas dan lebih mudah marah daripada rekan sekerjanya yang tidak workaholic. Mereka juga akan lebih sering mengalami masalah kesehatan yang biasa disebut stress kronik.
Stress kronik akan pekerjaan konstan ini akan menyebabkan masalah pada kesehatan fisik dan mental. Karena mereka selalu mencoba untuk menjadi orang sukses. Apabila kenaikan gaji atau promosi kerja tidak sesuai maka mereka akan mulai mengalami stress berat dan gangguan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi serta serangan jantung. Stres juga bisa mengancam sistem kekebalan tubuh sehingga membuat para workaholic ini lebih rapuh terkena penyakit lainnya seperti, sakit pinggang, nyeri pada lambung, sakit perut, emosional, migrant.
Kesadaran para Workaholic
Setiap orang memang patut menikmati pekerjaan. Namun, bagaimana cara mengukur diri agar kita tidak terjerumus ke dalam workaholic ? Kenali terlebih dahulu ciri-cirinya dan bagaimana mengatasi hal ini.
Ciri-ciri workaholic :
Workaholic berdampak pada Fisik dan Psikologis
Workaholics atau ketagihan bekerja bisa menimbulkan dampak fisik dan psikologis terhadap orang tersebut dan keluarganya. Intervensi juga dibutuhkan untuk mengenali ketagihan pada pekerjaan dan menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Bagi seorang workaholic, tempat kerja adalah suatu sarana untuk mereka menyalurkan keinginannya. Biasanya workaholic akan mengalami depresi, cemas dan lebih mudah marah daripada rekan sekerjanya yang tidak workaholic. Mereka juga akan lebih sering mengalami masalah kesehatan yang biasa disebut stress kronik.
Stress kronik akan pekerjaan konstan ini akan menyebabkan masalah pada kesehatan fisik dan mental. Karena mereka selalu mencoba untuk menjadi orang sukses. Apabila kenaikan gaji atau promosi kerja tidak sesuai maka mereka akan mulai mengalami stress berat dan gangguan kesehatan, seperti tekanan darah tinggi serta serangan jantung. Stres juga bisa mengancam sistem kekebalan tubuh sehingga membuat para workaholic ini lebih rapuh terkena penyakit lainnya seperti, sakit pinggang, nyeri pada lambung, sakit perut, emosional, migrant.
Kesadaran para Workaholic
Setiap orang memang patut menikmati pekerjaan. Namun, bagaimana cara mengukur diri agar kita tidak terjerumus ke dalam workaholic ? Kenali terlebih dahulu ciri-cirinya dan bagaimana mengatasi hal ini.
Ciri-ciri workaholic :
- Dijumpai beberapa kesamaan mendasar yang dapat dianggap sebagai faktor penyebab kecanduan kerja. Salah satunya adalah perkara pada tingkat kepercayaan diri. Seorang pencandu kerja bisa bekerja secara berlebihan dan tidak membiarkan dirinya menganggur untuk memperoleh perasaan penting dan berharga pada dirinya. Selain itu, bisa jadi, ada masalah di luar pekerjaan. Kebahagiaan yang muncul dari aktivitas bekerja, bagi orang-orang yang memiliki masalah berat di luar dunia kerjanya merupakan "pelipur lara", yang bila tidak diwaspadai justru dapat berubah jadi candu.
- Penderita workaholic tak pernah membiarkan diri tidak masuk kerja walau sedang sakit, apalagi mengambil cuti. Kalaupun pekerjaan sudah tuntas, ia tak memiliki ide untuk melakukan aktivitas lain di luar pekerjaan. Pencandu kerja juga tidak sabar menunggu datangnya hari Senin, karena ingin segera melakukan sejumlah pekerjaan yang terpaksa "tertunda" gara-gara melewati hari Minggu. Di mana saja dan kapan saja, pekerjaan adalah topik utama pembicaraan yang paling disukai para penggila kerja.
- Dalam melakukan tugas-tugas kantor, seorang workaholic sering terlihat sebagai pemain tunggal dan kurang dapat bekerja sama dalam satu tim secara baik. Ketidakmauan untuk mendelegasikan tugas atau keengganan untuk menyelesaikan tugas bersama-sama sebetulnya bukan disebabkan oleh ketidakpercayaan pada rekan kerja. Mereka hanya khawatir kekurangan pekerjaan, sementara rasa kecanduan kerja masih sangat kuat. Pada beberapa kasus memang para pencandu kerja tidak yakin orang lain dapat bekerja sekeras dirinya, karena mereka sendiri menyadari bahwa mereka memang bekerja di luar batas wajar.
Perlu Diingat !
- Jangan membatasi lingkungan kehidupan. Bila dibatasi dapat membuat seseorang semakin kehilangan kreativitas dan daya solusinya saat menghadapi masalah dalam kehidupannya. Karena lingkaran kehidupannya hanya terbatas pada dunia kerja.
- Jangan lupakan pula bahwa setiap orang memiliki keterbatasan dalam ketahanan fisik maupun mental. Kalau kita memang menikmati bekerja keras, sebaiknya, lakukan secara sehat dengan manajemen waktu yang proporsional. Imbangi pula dengan rutinitas olah raga yang seimbang dan santapan rohani.
- Jangan lupa ! pekerjaan hanyalah bagian dari kehidupan, dan tidak seharusnya jadi tersanjung oleh komentar orang lain bahwa kita adalah seorang workaholic. Bagaimanapun, jika ingin bekerja secara "normal", kesan bahwa workaholic merupakan hal positif tergantung dari porsinya.
Penyebab workaholic
1. Kurang percaya diri
2. Workaholic kemungkinan besar mengalami masalah dalam urusan sex.
3. Masih lajang atau mempunyai trauma dari masalah pribadi
4. Terobsesi mendapat promosi yang lebih tinggi
5. Mengisi waktu luang yang semakin kosong
6. Kecintaan terhadap profesi atau pekerjaan yang begitu besar.
7. Pelarian dari masalah yang sedang di hadapi.
12 langkah mengatasi workaholic
1. Delegasikan
Ini adalah tindakan yang cukup berani bagi mereka yang workaholic. Sebab, seorang penggila kerja biasanya takut orang lain akan mengacaukan pekerjaannya.
2. Jaga keseimbangan dalam hidup
Para pekerja akan lebih produktif bila mereka butuh waktu untuk berlibur dan memiliki keseimbangan dalam hidup. ‘jauhkan anda sejenak dari rutinitas kantor untuk kembali mengenali diri anda lagi’.
3. Tetapkan waktu untuk mengakhiri pekerjaan dan taati selalu
Tentukan waktu untuk mengakhiri jam kerja dalam satu hari. Cari kesibukan selain rutinitas kantor.
4. Rawatlah diri anda sendiri
Olahraga, meditasi, makan teratur, istirahat yang cukup. Anda tidak dapat membuat pilihan yang baik bila terlalu lelah. Habiskan waktu bersama teman dan orang-orang terdekat.
5. Buat sistem pendukung
Cari teman yang memiliki kehidupan yang baik dan berpengaruh besar dalam membentuk diri anda. Dengan begitu, anda punya panutan yang dapat dicontoh. Tanyakan pada mereka apa yang baik dan sesuai untuk anda.
6. Datangi ahli terapi yang baik
Temui sesorang yang dapat membantu anda membuat perubahan.
7. Buatlah prioritas
Pilih enam hal yang dapat anda selesaikan dalam satu hari, daripada membuat sebuah daftar kerja yang panjang. Lakukan enam hal tesebut, kemudian... berhenti bekerja!
8. Buat jadwal bersama pasangan dan keluarga
Tentukan ritual yang akan anda lakukan bersama keluarga, seperti makan di restoran favorit atau jalan-jalan ke toko buku. Sekali-sekali anda harus bersenang-senang.
9. Ramahlah terhadap diri sendiri
Seorang workaholic kasar terhadap dirinya sendiri. Terkadang, ia mau melakukan apa saja untuk menyenangkan atasan. Hindari hal ini !
10. Jauhi semua yang memiliki dampak negatif untuk diri Anda
Bisa berupa orang, tempat, kebiasaan bahkan pekerjaan Anda dan segala sesuatu yang bersifat negatif dan dapat merusak, hindarilah !
11. Lakukan tugas melayani masyarakat.
Anda dapat menjadi sukarelawan, namun lakukanlah sesuai kebutuhan.
12. Jika sesuatu terasa tidak benar, jauhi.
Banyak pencandu kerja memendam atau meragukan perasaan dan intuisi mereka sendiri. Pelajarilah cara memahami perasaan anda sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar