Sabtu, 18 Oktober 2008

Metode Baru Meluruskan Tulang

Metode Baru Meluruskan Tulang
Keceriaan terpancar di wajah Stephanie Ganie. Gadis 17 tahun ini sekarang berani mengenakan sepatu hak tinggi. Padahal, tujuh tahun silam, putri kedua Nyonya Lestari Purnama itu sulit berjalan normal lantaran kakinya berbentuk O. Bila sekarang bentuk kaki Stephanie normal, itu karena dia menjalani operasi bedah tulang metode fitbone.

Kelainan bentuk kaki Stephanie itu merupakan bawaan sejak lahir. Jarak antara kedua lututnya lebih dari 12 cm. Padahal, normalnya di bawah 6 cm. ''Anak saya yang satu ini terbilang sulit berjalan,'' kata Nyonya Lestari Purnama, yang dihubungi Gatra via telepon, Kamis pekan lalu. Ia baru mengetahui kelainan bentuk kaki Stephanie setelah putrinya itu berumur satu tahun.

Untuk menormalkan bentuk kaki putrinya, Nyonya Lestari Purnama, yang tinggal di Jalan Danau Singkarak, Medan, berkonsultasi pada sejumlah dokter di kotanya. Beberapa dokter mengatakan, putrinya kekurangan asupan vitamin D. Stephanie pun diberi asupan vitamin D dan melakukan kontrol ke dokter tiga bulan sekali. Namun bentuk kaki Stephanie tak juga membaik.

Tak puas dengan dokter di Medan, Nyonya Lestari Purnama pergi ke Singapura untuk berkonsultasi pada sejumlah dokter yang berpraktek di rumah sakit terkenal. Diagnosisnya sama, Stephanie kekurangan vitamin D. ''Saya hampir putus asa,'' ujar Nyonya Lestari.

Setelah Stephanie berumur delapan tahun, Nyonya Lestari berkonsultasi pada ahli bedah tulang (ortopedi), Dokter Sarbijt Singh, yang berpraktek di sebuah rumah sakit di Singapura. Dokter Singh minta Stephanie menjalani pemindaian tulang dengan rontgen. ''Kata Singh, 80% kaki Stephanie bisa dinormalkan dengan operasi,'' kata Nyonya Lestari.

Selanjutnya, tulang kaki Stephanie dioperasi oleh Dokter Singh dengan metode fitbone. Operasi tahap pertama dilakukan ketika Stephanie berusia 11 tahun. Operasi ini dilakukan dengan cara memotong bagian atas tulang paha hingga bagian bawah. Pembedahan itu mengharuskan Stephanie mondok di rumah sakit. ''Selama tiga bulan, Stephanie berjalan dengan bantuan kursi roda dan tongkat,'' tutur Nyonya Lestari.

Kemudian Stephanie menjalani operasi tahap kedua pada tulang betisnya. Tulang betis Stephanie dipotong. Untuk memotong tulang betis itu, kata Nyonya Lestari, Dokter Singh menggunakan metode ilizarov. Pemulihan pasca-operasi berlangsung tujuh bulan. Dalam kurun waktu tersebut, Stephanie juga dibantu dengan kursi roda dan tongkat.

Pembedahan ketiga dijalani Stephanie pada Juni 2008 di rumah sakit lain di Singapura. Kali ini, Dokter Singh melihat semua tulang baru sudah menyatu dan mengeras. ''Pen-pen yang masih menempel dicabut semua,'' ujar Nyonya Lestari. Untuk semua operasi tulang kaki putrinya itu, Nyonya Lestari mengeluarkan dana S$ 50.000.

Dua pekan silam, Dokter Sarbijt Singh mempresentasikan metode bedah tulang fitbone itu kepada wartawan dalam jumpa pers di Hotel Gran Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ''Fitbone merupakan implan ortopedi pertama dan satu-satunya di dunia yang dikendalikan dengan komputer," kata Dokter Singh. Ia menyatakan, beberapa rumah sakit di sejumlah negara sudah menerapkan teknik itu.

Metode fitbone dilakukan pertama kali di Singapura pada 2001. Metode ini diterapkan dengan terlebih dahulu melakukan foto rontgen pada pasien. Ini untuk melihat bentuk tulang yang akan diterapi dan ukuran rongga yang memungkinkan dimasukkannya alat fitbone. Dari gambaran tadi bisa direka-reka panjang gagang baja yang akan dimasukkan ke tubuh pasien di samping tulang.

Lalu dokter membuat sayatan di lengan atau tulang paha. Sayatan itu digunakan untuk memotong tulang. Kemudian alat berupa gagang dimasukkan. Selanjutnya dokter menancapkan pen untuk menyangga alat itu di bagian atas dan bawah tulang.

Di bagian ujung atas gagang tadi terpasang kabel dan pemancar yang ditaruh di bawah kulit. Lalu ada kabel lagi yang menghubungkannya dengan sensor. Lewat sensor inilah, pasien mengetahui pertumbuhan tulang barunya. Sedangkan gagang itu bekerja mendorong tulang untuk segera menyatu. Bila tulang sudah menyatu, alarm akan berbunyi.

Menurut Singh, metode fitbone sangat berguna untuk kelainan tulang bawaan atau kerusakan tulang akibat kecelakaan. Kelainan bawaan, misalnya, penyakit kaki berbentuk O dan X atau lantaran terinfeksi polio. ''Bisa pula untuk meninggikan kaki. Tapi itu urusan bedah kosmetik,'' ujar Dokter Singh. Tinggi kaki maksimal yang bisa dibantu dengan alat itu adalah 7 cm.

Pada masa pertumbuhan, bayi berjalan dengan kaki berbentuk O atau X. Ini terjadi karena jenis tulang bayi masih rawan dan berlangsung pada usia 0-2 tahun. Lalu, pada umur 2-8 tahun, kaki anak akan berubah menjadi berbentuk X. Setelah itu, kaki akan lurus dan normal. Namun, kalau jarak kedua lutut anak lebih dari 6 cm, orangtua patut cemas. Sebab hal itu bisa menyebabkan kaki berbentuk O yang sulit diperbaiki.

Singh menyatakan, setelah dibedah, tulang pasien akan kembali normal. Meski demikian, tak semua orang bisa menjalani metode fitbone. Hanya remaja berusia 16 tahun ke atas yang kakinya boleh dibedah menggunakan metode ini. Sebab, pada usia tersebut, lempeng pertumbuhan tulang sudah terbentuk. Penderita osteoporosis juga tak bisa dioperasi dengan metode fitbone.

Ahli bedah tulang pada Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Dokter Nicolas C. Budhidharma, menyebut fitbone sebagai metode bedah terbaru. Selama ini, operasi yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk mengoreksi bentuk kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan istilah osteogenesis distraksi.

Caranya, dengan melakukan pembukaan tulang dari luar ke dalam. ''Kelemahannya, pasien merasa tidak nyaman,'' kata Dokter Nicolas. Luka sayatan pun menjadi lebih besar. ''Proses penyembuhannya menjadi lebih lama,'' ia menambahkan. Bila tak hati-hati, bisa timbul infeksi.

(Kesehatan, Gatra Nomor 46 Beredar Kamis, 25 September 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar