Tampilkan postingan dengan label Usia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Usia. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Februari 2010

Hubungan Antara Usia Ibu Dan Autisme Pada Anak

Autisme Pada Anak
Ibu hamil di usia lanjut secara signifikan beresiko tinggi memiliki anak autis, terlepas dari usia ayah, menurut sebuah penelitian pada seluruh kelahiran di California pada tahun 1990-an oleh para peneliti UC Davis Health System. Ayah dengan usia lanjut berhubungan dengan peningkatan resiko autisme hanya ketika usia ayah jauh lebih tua dan usia ibu di bawah 30 tahun.

Penelitian ini menemukan bahwa resiko inkremental memiliki anak dengan autisme meningkat sebesar 18% untuk setiap 5 tahun peningkatan usia ibu. Wanita / Ibu hamil di usia 40 tahun memiliki resiko memiliki anak autisme sebesar 50% lebih besar daripada seorang wanita antara 25 tahun dan 29 tahun.

Usia orang tua yang lanjut adalah faktor resiko yang diketahui cenderung memiliki anak dengan autisme. Namun, penelitian sebelumnya telah menunjukkan hasil yang bertentangan mengenai apakah ibu, ayah atau kedua yang berkontribusi besar terhadap peningkatan resiko autisme. Sebagai contoh, sebuah penelitian melaporkan bahwa ayah lebih dari 40 tahun memiliki resiko enam kali lebih besar dari ayah yang berusia di bawah 30 tahun.

Peneliti yang juga seorang mahasiswa program doktor di UC Davis Department of Public Health Sciences, Janie Shelton, mengatakan bahwa penelitian ini menyangkal teori tentang autisme yang telah ada yang mengidentifikasi usia ayah sebagai faktor kunci dalam peningkatan resiko memiliki anak dengan autis. Hal ini menunjukkan bahwa usia ibu secara konsisten meningkatkan resiko autisme, sedangkan usia ayah hanya menyumbang peningkatan resiko ketika ayah jauh lebih tua dan usia ibu di bawah 30 tahun. Di antara ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, kenaikan usia ayah tidak berpengaruh pada peningkatan resiko autisme.

Pada data yang diteliti, di antara kelahiran pada ibu berusia 25 tahun dan seorang ayah lebih dari 40 tahun, dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan autisme daripada yang ayahnya berusia antara 25 tahun dan 29 tahun. Sedangkan di antara ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, tidak ditemukan peningkatan resiko yang terkait dengan usia ayah yang lebih tua.

Autisme adalah gangguan perkembangan dengan defisit dalam keterampilan sosial dan komunikasi, serta perilaku yang terbatas, dengan onset yang terjadi sebelum usia 3 tahun. Perkembangan otak abnormal, mungkin dimulai di dalam rahim, yang dikenal sebagai dasar perilaku yang menjadi ciri autisme. Estimasi saat ini menempatkan kejadian autisme antara 1 dari 100 anak-anak di seluruh dunia. Selama tahun 1990-an, jumlah wanita usia lebih dari 40 tahun di California melahirkan anak autis meningkat lebih dari 300%.

Para peneliti mencatat bahwa memahami hubungan antara usia orangtua meningkatkan resiko autisme adalah penting untuk memahami penyebab biologisnya. Penelitian sebelumnya telah mengamati bahwa ibu lanjut usia adalah faktor resiko untuk berbagai kondisi kelahiran lain, termasuk ketidaksuburan, awal hilangnya janin, berat badan lahir rendah, penyimpangan kromosom dan anomali kongenital.

Satu petunjuk kemungkinan yang berasal dari penelitian UC Davis pada tahun 2008 yang menemukan beberapa ibu dari anak-anak dengan autisme memiliki antibodi terhadap protein otak janin, dan tidak satu pun ditemukan pada para ibu dari anak-anak yang normal. Usia lanjut telah dikaitkan dengan peningkatan produksi auto-antibodi. Penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki usia lanjut dalam temuan tersebut mungkin berguna. Ditambahkan bahwa beberapa bahan kimia lingkungan yang terus-menerus terakumulasi dalam tubuh, juga memiliki kemungkinan berperan dalam autisme.

Penelitian juga menunjukkan bahwa epigenetik berubah seiring waktu, yang memungkinkan orangtua yang lebih tua untuk mentransfer sejumlah besar perubahan fungsional molekul untuk anak-anak. Dengan demikian epigenetik juga memiliki kemungkinan terlibat dalam peningkatan resiko autisme.

Minggu, 14 Juni 2009

Olahraga Tidak Mengenal Batasan Usia

Olahraga
Tidak diragukan lagi bahwa olahraga bisa membuat tubuh sehat, dan pikiran menjadi segar. Tetapi kebanyakan orang, semakin tua usia semakin jarang untuk berolahraga ataupun beraktifitas.

Berdasarkan data yang dihasilkan dari suatu survey, bahwa golongan usia yang paling aktif adalah antara usia 2 tahun – 15 tahun. Kemudian urutan berikutnya adalah golongan usia 16 tahun – 64 tahun. Dan yang terakhir adalah golongan usia 65 tahun keatas.

Bahkan data lain mencatat, golongan usia 70 tahun keatas, sekitar 44% dari populasi hanya melakukan aktifitas berjalan kaki selama 20 menit atau kurang dalam setahun, atau bahkan tidak pernah melakukan sama sekali aktifitas atau olahraga meskipun hanya berjalan kaki.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua usia seseorang, semakin malas mereka melakukan olahraga ataupun beraktifitas. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Berdasar hasil penelitian di University of Dundee, yang diterbitkan di jurnal Age and Ageing, alasan utama mereka adalah mereka sudah tidak tertarik dengan olahraga dan tidak percaya bahwa olahraga bisa memperpanjang usia mereka.

Keuntungan Olahraga

Apakah terlambat bagi kita untuk berolahraga agar tubuh sehat, sedangkan hari-hari sebelumnya kita jarang berolahraga? Jawabannya TIDAK, berapapun usia kita, olahraga tetap sangat berguna bagi kesehatan tubuh kita. Masih sangat mungkin untuk memperbaiki kondisi fisik kita dengan berolahraga bahkan bagi para manula sekalipun.

Olahraga pada manula bisa meningkatkan keseimbangan, kekuatan otot, kelancaran peredaran darah, ketahanan, dan kepadatan tulang. Sebagai contoh, penelitian pada seorang wanita yang berusia 90 tahun, dengan olahraga ringan di dalam rumah selama 12 minggu, terjadi peningkatan kekuatan berjalan, mobilitas, dan kekencangan otot seperti 20 tahun sebelumnya.

Penelitian lain menyebutkan olahraga rutin selama 6 bulan meningkatkan VO2 max sebesar 30% pada manula usia 60 tahun – 70 tahun. Penelitian yang dilakukan Harvard University menyebutkan bahwa orang-orang yang rutin berolahraga dan membakar 2000 kalori selama seminggu, memiliki rata-rata usia hidup 2,5 tahun lebih lama daripada orang-orang yang jarang berolahraga.

Secara psikologis, olahraga bisa menurunkan tingkat stress dan depresi, meningkatkan daya tarik, kepercayaan diri, lebih menghargai diri sendiri, meningkatkan fungsi kognitif otak, dan mudah bersosialisasi.

Hambatan

Selain tidak lagi tertarik dengan olahraga; gejala fisik seperti nyeri sendi, mudah letih dan capek menjadi alasan para manula menjadi malas berolahraga. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sering dilontarkan mereka mengenai olahraga, seperti “Apakah olahraga aman di usia saya?”, “Akankah saya terkena serangan jantung jika saya berolahraga?” atau “Mungkinkah keadaan fisik saya menjadi lebih buruk jika berolahraga?”. Ketika dianjurkan untuk melakukan olahraga, 60% wanita usia di atas 60 tahun mengatakan dia mau berolahraga jika ada seseorang yang menemaninya.

Ketakutan akan terjadi hal-hal yang buruk ketika sedang melakukan olahraga selalu jadi alasan utama para manula malas berolahraga. Tapi apakah alasan-alasan tersebut valid? Sekali lagi jawabannya TIDAK. Jika jantung merasa mudah lelah itu menandakan bahwa ada gangguan pada jantung dan dibutuhkan latihan untuk memperkuat kerja jantung, bukan malah takut untuk melatih kerja jantung. Kasus lain, penderita osteoarthritis membutuhkan latihan persendian untuk mengurangi rasa nyeri, bukan mengistirahatkan kerja sendi yang justru akan memperparah penyakitnya dan rasa nyeri.

Jenis Olahraga

Olahraga yang dianjurkan bagi para manula tentu saja berbeda dengan remaja. Olahraga juga harus disesuaikan dengan kondisi fisik. Untuk tahap awal, olahraga yang dianjurkan untuk para manula, cukup jalan kaki selama 30 menit dalam sehari dan 5 hari dalam seminggu. Jika kondisi fisik sudah menjadi lebih baik, bisa dicoba jenis olahraga lain seperti lari santai, bersepeda, atau renang.

Memang penting untuk mengajak teman selama beraktifitas, sebagai motivasi dan keamanan. Namun jika tidak ada seseorang yang menemani juga tidak menjadi masalah besar. Lebih baik dikonsultasikan dulu dengan dokter sebelum memilih jenis olahraga yang tepat.