Tampilkan postingan dengan label Menopause. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Menopause. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Januari 2010

Menopause Dini

DEFINISI
Menopause Dini adalah suatu keadaan dimana fungsi ovarium (indung telur) dan menstruasi berhenti sebelum usia 40 tahun.


PENYEBAB
Pada menopause dini, kadar estrogen rendah tetapi kadar hormon hipofisa yang merangsang ovarium (terutama FSH) tinggi sebagai usaha untuk merangsang ovarium.

Menopause dini bisa disebabkan oleh:
  • Kelainan bawaan (biasanya kelainan kromosom)
  • Penyakit autoimun (tubuh membentuk antibodi yang menyerang ovarium)
  • Pengangkatan ovarium.
    Merokok bisa menyebabkan menopause dini yang terjadi beberapa bulan lebih awal.

GEJALA
Selain tidak lagi mengalami menstruasi, penderita juga mengalami gejala menopause lainnya seperti hot flashes dan emosi yang tidak stabil.


DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika diduga penyebabnya adalah penyakit autoimun, dilakukan pemeriksaan darah untuk mencari adanya antibodi.

Pada penderita yang berusia dibawah 30 tahun biasanya dilakukan analisa kromosom. Jika ditemukan kromosom Y, maka dilakukan pembedahan untuk mengangkat setiap jaringan testis dari perut karena jaringan ini memiliki resiko kanker sebesar 25%. Analisa kromosom tidak perlu dilakukan pada wanita yang berusia diatas 35 tahun.


PENGOBATAN
Terapi sulih estrogen (TSE) bisa mencegah atau mengatasi gejala-gejala menopause. Penderita menopause dini memiliki peluang kurang dari 10% untuk bisa hamil lagi. Peluang tersebut bisa meningkat sampai 50% jika penderita mengandung sel telur yang berasal dari wanita lain. Setelah dibuahi, sel telur dari donor tersebut lalu ditanamkan pada rahim penderita.

Sebelum hasil pembuahan ditanamkan pada rahim penderita, penderita mendapatkan terapi hormon estrogen dan progesteron sehingga terjadi menstruasi buatan dan lapisan rahim kembali aktif serta siap untuk menjalani kehamilan.

Menopause

DEFINISI
Menopause (Klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita, dimana:
- ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur
- aktivitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti
- pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron) berkurang.

Menopause sebenarnya terjadi pada akhir siklus menstruasi yang terakhir. Tetapi kepastiannya baru diperoleh jika seorang wanita sudah tidak mengalami siklusnya selama minimal 12 bulan. Menopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi secara normal pada wanita yang berusia 40 tahun. Biasanya ketika mendekati masa menopause, lama dan banyaknya darah yang keluar pada siklus menstruasi cenderung bervariasi, tidak seperti biasanya.

Pada beberapa wanita, aktivitas menstruasi berhenti secara tiba-tiba, tetapi biasanya terjadi secara bertahap (baik jumlah maupun lamanya) dan jarak antara 2 siklus menjadi lebih dekat atau lebih jarang. Ketidakteraturan ini bisa berlangsung selama 2-3 tahun sebelum akhirnya siklus berhenti.


PENYEBAB
Sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap rangsangan oleh LH dan FSH, yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa. Akibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan pada akhirnya proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti.

Menopause dini adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Kemungkinan penyebabnya adalah faktor keturunan, penyakit autoimun dan rokok.

Menopause buatan terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau berhentinya pelepasan hormon oleh ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk mengangkat ovarium atau untuk mengurangi aliran darah ke ovarium serta kemoterapi atau terapi penyinaran pada panggul untuk mengobati kanker.

Histerektomi (pengangkatan rahim) menyebabkan berakhirnya siklus menstruasi, tetapi selama ovarium tetap ada hal tersebut tidak akan mempengaruhi kadar hormon dan tidak menyebabkan menopause.


GEJALA
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen/progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.

Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium.

Gejala-gejala yang mungkin ditemukan pada wanita menopause adalah:
  1. Hot flashes terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan.
    Hot flashes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan hot flashes dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun.
    Hot flashes berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.
  2. Vagina menjadi kering karena penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga ketika melakukan hubungan seksual bisa timbul nyeri.
  3. Gejala psikis dan emosional (kelelahan, mudah tersinggung, susah tidur dan gelisah) bisa disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen.
    Berkeringat pada malam hari menyebabkan gangguan tidur sehingga kelelahan semakin memburuk dan semakin mudah tersinggung.
  4. Pusing, kesemutan dan palpitasi (jantung berdebar).
  5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (beser).
  6. Peradangan kandung kemih atau vagina.
  7. Osteoporosis (pengeroposan tulang).
    Resiko tinggi terjadinya osteoporosis ditemukan pada wanita yang:
    - kurus
    - merokok
    - mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
    - mengkonsumsi kortikosteroid
    - memiliki asupan kalsium yang rendah
    - jarang berolah raga.
    Cedera ringan bisa menyebabkan fraktur (patah tulang). Fraktur paling sering terjadi pada tulang belakang, pinggul dan pergelangan tangan.
  8. Penyakit jantung dan pembuluh darah.
    Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan menurunnya kadar kolesterol HDL (kolesterol baik). Estrogen bertanggungjawab terhadap pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim. Selama masa reproduktif, pembentukan lapisan rahim diikuti dengan pelepasan dinding rahim pada setiap siklus menstruasi. Berkurangnya kadar estrogen pada menopause menyebabkan tidak terjadinya pembentukan lapisan epitel pada rongga rahim. Tetapi hormon androgenik yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal diubah menjadi estrogen dan kadang hal ini menyebabkan perdarahan pasca menopause. Hal ini tidak perlu dirisaukan, tetapi karena perdarahan pasca menopause bisa merupakan petunjuk adanya suatu kelainan (termasuk kanker), maka dokter selalu memeriksa setiap perdarahan yang terjadi setelah menopause.




DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan Pap smear bisa diketahui adanya perubahan pada lapisan vagina akibat perubahan kadar estrogen. Pemeriksaan darah dan air kemih bisa digunakan untuk mengukur kadar estrogen, progestero serta estron dan estradiol plasma.


PENGOBATAN
Tidak semua wanita pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap wanita sebaiknya mendiskusikan resiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH dengan dokter pribadinya.

Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk:
  • Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan
  • Membantu mengurangi kekeringan pada vagina
  • Mencegah terjadinya osteoporosis.
Beberapa efek samping dari TSH:
- perdarahan vagina
- nyeri payudara
- mual
- muntah
- perut kembung
- kram rahim.

Untuk mengurangi resiko dari TSH dan tetap mendapatkan keuntungan dari TSH, para ahli menganjurkan:
  • Menambahkan progesteron terhadap estrogen
  • Menambahkan testosteron terhadap estrogen
  • Menggunakan dosis estrogen yang paling rendah.
  • Melakukan pemeriksaan secara teratur, termasuk pemeriksan panggul, dan Pap smear sehingga kelainan bisa ditemukan sedini mungkin.
Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintetis (dibuat di laboratorium). Estrogen sintetis ratusan kali lebih kuat dibandingkan estrogen alami sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita menopause. Untuk mencegah hot flashes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam dosis yang sangat rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala migren.

Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet atau tempelan kulit (estrogen transdermal). Krim estrogen bisa dioleskan pada vagina untuk mencegah penipisan lapisan vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan beser) dan untuk mencegah timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Wanita pasca menopause yang mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko menderita kanker endometrium. Resiko ini berhubungan dengan dosis dan lamanya pemakaian estrogen. Jika terjadai perdarahan abnormal dari vagina, dilakukan biopsi lapisan rahim. Mengkonsumsi progesteron bersamaan dengan estrogen dapat mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium.

Biasanya terapi sulih hormon estrogen tidak dilakukan pada wanita yang menderita:
- atau pernah menderita kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut
- perdarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti
- penyakit hati akut
- penyakit pembekuan darah
- porfiria intermiten akut.

Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti-cemas, progesteron atau klonidin untuk mengurangi hot flashes. Untuk mengurangi depersi, kecemasan, mudah tersinggung dan susah tidur bisa diberikan anti-depresi.

Pemberian progesteron dengan estrogen
Progesteron diberikan bersamaan dengan estrogen untuk mengurangi resiko terjadinya kanker endometrium.

Biasanya estrogen dan progesteron diberikan setiap hari. Jadwal pemberian ini biasanya akan menyebabkan perdarahan vagina yang tidak teratur pada 2-3 bulan pertama dari terapi, akan tetapi sesudahnya perdarahan biasanya akan berhenti.Atau pemberian estrogen dan progesteron bisa dilakukan secara bergantian; selama 2 minggu setiap hari minum estrogen lalu selama beberapa hari minum progesteron dan estrogen, kemudian beberapa hari di akhir bulan sama sekali tidak minum estrogen maupun progesteron. Dengan jadwal ini, perdarahan vagina terjadi pada hari dimana hormon tidak diminum.

Progesteron tersedia dalam bentuk tablet atau suntikan melalui otot. Efek samping dari progesteron adalah perut kembung, sakit payudara, sakit kepala, perubahan suasana hati dan jerawat.

Rabu, 20 Januari 2010

Masalah Kesehatan Wanita

  1. Alat Kelamin Luar
  2. Amenore (tidak menstruasi)
  3. Cedera Lahir
  4. Depresi Setelah Melahirkan
  5. Dismenore
  6. Dispareunia (Dyspareunia)
  7. Efek Penuaan pada Wanita
  8. Endometriosis
  9. Faktor Resiko yang Ada Sebelum Kehamilan
  10. Faktor Resiko Yang Berkembang Selama Kehamilan
  11. Fibroadenoma
  12. Fibroid
  13. Gangguan Orgasme
  14. Gangguan Tiroid
  15. Gumpalan Darah
  16. Hormon & Reproduksi
  17. Ibu Melahirkan Menginap di Rumah Sakit
  18. Infeksi & Abses Payudara
  19. Infeksi Pada Melahirkan
  20. Kanker Leher Rahim (serviks)
  21. Kanker Payudara
  22. Kanker Rahim
  23. Kanker Saluran Telur
  24. Kanker Vagina
  25. Kanker Vulva
  26. Keengganan Untuk Melakukan Hubungan Seks
  27. Keguguran
  28. Kehamilan
  29. Kehamilan Resiko Tinggi
  30. Kelainan Gairah Seksual pada Wanita
  31. Kemandulan
  32. Kista Indung Telur
  33. Kista Payudara
  34. Komplikasi Kehamilan
  35. Komplikasi Persalinan
  36. Kontraksi & Persalinan
  37. Masalah dengan Lendir Pada Servik
  38. Masalah Ovulasi
  39. Masalah Tuba Falopi
  40. Masalah Waktu Persalinan
  41. Masalah Yang Mempengaruhi Wanita
  42. Mastalgia (Nyeri Payudara)
  43. Melahirkan
  44. Menentukan Kehamilan dan Waktu Melahirkan
  45. Mengurus Diri Sendiri Sewaktu Hamil
  46. Menopause
  47. Menopause Dini
  48. Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)
  49. Nipple Discharge
  50. Nyeri Panggul
  51. Orgasme Yang Terhambat
  52. Pasca Persalinan
  53. Penurunan Libido pada Wanita
  54. Penyakit Kelamin Pada Wanita
  55. Perawatan di Rumah Setelah Melahirkan
  56. Perdarahan Rahim Akibat Kelainan Fisik
  57. Perdarahan Rahim Disfungsional
  58. Persalinan
  59. Perubahan Fisik Wanita Hamil
  60. Penyakit Paget Pada Puting Susu
  61. Penyakit Payudara Fibrokista
  62. Penyakit Radang Panggul
  63. Penyakit-Penyakit yang Bisa Mempersulit Kehamilan
  64. Prosedur Persalinan dan Melahirkan
  65. Pubertas
  66. Sindroma Ovarium Polikista (Sindroma Stein-Leventhal)
  67. Sindroma Premenstruasi (PMS)
  68. Sistem Reproduksi Wanita
  69. Sistosarkoma Filodes
  70. Tahap Perkembangan Bayi
  71. Tips Atasi Nyeri Saat Persalinan
  72. Vagina Kering
  73. Vaginismus
  74. Vaginitis & Vulvitis