Tampilkan postingan dengan label Sambung Nyawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sambung Nyawa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Maret 2009

Segala Tanaman obat untuk diabetes (kencing manis)

Pengaturan makanan berperan utama dalam kehidupan pasien diabetes. Diet dan mengkonsumsi Herbal (Tumbuh-tumbuhan Obat) sangat dianjurkan untuk menangani penyakit Gula (Diabetes), diet makanan sehat dan berserat, menghindari makanan yang digoreng dan yang berminyak atau makanan berbumbu, Pasien Diabetes harus lebih banyak memakan sayuran hijau dan buah-buahan pada saat makan malam maupun makan siang.

Banyak tanaman disekitar kita yang dapat digunakan untuk mengobati kencing manis. Mudah ditanam dan dimanfaatkan. Selain pengaturan diet yang baik beberapa tanaman berikut secara empiris digunakan sebagai obat kencing manis.

Tabel 1. Daftar tanaman tunggal yang secara empirik digunakan untuk diabetes dan cara penggunaannya.

No

Nama tanaman

Bagian digunakan

Jmlh diolah

Cara olah

Dosis/hari

1

Sambiloto

Daun segar

½ ggm

Rebus

3 x

2

Lidah buaya

Daun segar

2 helai

Rebus

3 x

3

Pule

Kulit kayu

2 jari

Rebus

3 x

4

Sembung

Biji kering

20 lb

Rebus

3 x

5

Jamblang

Biji

1 sdt

Seduh

3 x

6

Petai Cina

Umbi

1 sdt

Seduh

3 x

7

Bidara Upas

Umbi

1/3 jr

Parut + 20 ml air

3 x

8

Mengkudu

Buah masak

2 bh

Diparut, disari

3 x

9

Daun lampas

Daun segar

¾ ggm

Rebus

3 x

10

Terung ngor

Buah

10 bh

Dimakan

3 x

11

Mahoni

Biji kering

½ sdt

Seduh

3 x

12

Tapak dara

Slruh bgn tnman

30 lb+6 bt

Rebus tinggal 3/4

3 x

Tabel 2. Ramuan berasal dari tanaman obat untuk kencing manis

No

Ramuan

Bagian digunakan

Jumlah diolah

Cara olah

Dosis/hari

1

Sambiloto

Kumis kucing

Brotowali

Daun

Daun

Batang

1/3 ggm

1/3 ggm

¾ jr

Direbus 3 gl , tinggal ¾ nya

3 x

2

Meniran

Sambiloto

Ketumpangan uler

Kumis kucing

Daun

Daun

Daun

Daun

¼ ggm

¼ ggm

¼ ggm

1/3 ggm

Direbus 3 gl , tinggal ¾ nya

3 x

3

Duwet

Pulai

Mengkudu

Temulawak

Jahe

Biji

Kulit batang

Buah

Rimpang

Rimpang

20 butir

1 jari

½ bh

¾ jari

¾ jari

Direbus 5 gl hingga ½ nya

3 x

4

Urat

Brotowali

Kumis kucing

Adas

Pulosari

Daun

Batang

Daun

Buah

Kulit batang

1/3 ggm

½ jari

¼ ggm

¾ sdt

¾ jari

Direbus 3 gl hingga ¾ nya

3 x

5

Bidara upas

Duwet

Pulai

Lidah buaya

Meniran

Kumis kucing

Umbi

Biji

Kulit batang

Daun

Daun

Daun

½ jari

10 butir

¾ jari

½ plh

¼ ggm

¼ ggm

Direbus 3 gls hingga ¾ nya

3 x

6

Iler

Meniran

Murbei

Kaki kuda

Sembung

Kumis kucing

Adas

Pulosari

Daun

Daun

Daun

Daun

Daun

Daun

Buah

Kulit

¼ ggm

¼ ggm

1/5 ggm

¼ ggm

¼ ggm

1/5 ggm

¾ sdt

¾ jari

Direbus 4 gls hingga ¾ nya

3 x

Keterangan : ggm = genggam, bh = buah, btr = butir, jr = jari, gl = gelas, lb= lembar, bt= batang.

Bacaan lebih lanjut :

1. Widowati L, Dzulkarnain, Saroni. Tanaman obat untuk Diabetes Melitus. Cermin Dunia Kedokteran 1997; 116: 53-60

Rabu, 11 Maret 2009

BUDIDAYA, KANDUNGAN KIMIA DAN PENGOLAHAN SAMBANG NYAWA

Seiring dengan berkembangnya pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat obat, diketahui banyak jenis tanaman yang ber-manfaat sebagai obat. Salah satu jenis tanaman yang dapat diguna-kan sebagai obat adalah sambang nyawa. Tanaman sambang nyawa (Gynura procumbens) termasuk ke dalam suku Asteraceae, dan pada beberapa daerah dikenal dengan sebutan ngokilo. Sambang nyawa merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, gangguan pada kantong kemih, menurunkan panas, menghilang-kan rasa nyeri pada pembengkakan, dan juga penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sam-bang nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuh-an kanker. Sambang nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan.

sambang nyawa dapat tumbuh di selokan, pagar rumah, ping-giran hutan, padang rumput dan ditemukan pada ketinggian 1 - 1.200 m dpl, tumbuh di dataran yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 – 3.500 mm/tahun dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur.

Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Compositae
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens Lour Merr.
Nama umum/dagang : sambung nyawa
Nama daerah : beluntas cina, daun dewa (Melayu)

Sambang nyawa merupakan ta-naman semak semusim dengan ting-gi 20 - 60 cm. Batangnya lunak, de-ngan penampang bulat, berwarna hijau keunguan. Daun sambang nyawa tunggal, bentuk bulat telur dan berwarna ungu kehijauan, tepi daun rata atau agak bergelombang, panjang mencapai 15 cm lebar 7 cm. Daun bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal me-runcing, serta pertulangan menyirip dan berakar serabut. Tanaman ini tidak berbunga dan berbuah.

Penanaman
Perbanyakan sambang nyawa di-lakukan dengan menggunakan bahan tanaman setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan ber-ukuran panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanam-an tunas dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang diguna-kan adalah campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari de-ngan lama penyemaian 2 - 3 bulan.

Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm

Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis 0,2 sampai 0,3 %.

Organisme pengganggu
Dijumpai 4 jenis hama yang me-nyerang tanaman ini, yakni Plococ-cus sp., Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serang-an yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro

Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro
Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapat-kan tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat diterap-kan pada tahap awal kultur, karena tingginya kandungan auksin en-dogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan (Gambar 1). Penambahan BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah. Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk multiplikasi tunas

Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang + tanah (1 : 1) mencapai 90%.

Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari setelah penanam-an.

Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat di-lakukan dengan menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan media peng-hambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan kon-sentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula di-terapkan pada tanaman. Pembaruan media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang telah berkurang dan penampilan ta-naman yang memperlihatkan adanya daun yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat berlangsung sampai 6 bulan.

Kandungan kimia
Kandungan kimia yang ditemu-kan pada tanaman ini adalah sa-ponin, flavanoida seperti asam kloro-genat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Daun sambang nyawa me-ngandung minyak atsiri 0,05% mi-nyak atsiri dengan komponen utama germakrena β (23,71%), β-kadinena (20,19%) dan sedicanol (22,42%). Dengan menggunakan metode per-hitungan secara Reed-Muench di-ketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambang nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung nyawa segar sejumlah 277 g. Jadi jika kita mengkonsumsi daun sam-bung nyawa 6 - 15 lembar sehari, kondisi ini masih aman.

Panen dan pengolahan simplisia
Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai ke arah puncak. Pada budidaya sambang nyawa secara monokultur dapat diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.

Daun yang dipanen dapat dikon-sumsi segar dalam bentuk lalaban atau dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia dibuat dengan cara me-ngiris daun dan dijemur selama be-berapa hari untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar 4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar 6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol sebesar 5,1%. Sim-plisia daun yang dihasilkan berwarna hijau kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia se-lanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan dalam bentuk kapsul dan siap di-konsumsi.

Sumber : Feri Manoi dan N. N. Kristina, Warta Puslitbangbun Vol 13 No. 3, 2007, Balittro

Kamis, 13 November 2008

Penelitian-penelitian mengenai Tanaman Obat Sambung nyawa

1.Klasifikasi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales (Campanulatae)
Suku : Asteraceae (Compositae)
Marga : Gynura
Jenis : Gynura procumbens (Lour.) Merr.
(Backer and Van den Brink Jr, 1965)

2. Morfologi tanaman
Tanaman G. procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980; Van Steenis, 1975; Backer and Van den Brink, 1965; Sodoadisewoyo, 1953).

3. Nama daerah
Di Indonesia, tanaman ini memiliki beberapa nama daerah seperti; daun dewa (Melayu) (Heyne, 1987; Wijayakusuma et al., 1992), sambung nyawa dan ngokilo (Jawa) (Thomas, 1989).

4. Habitat dan penyebaran
Berasal dari daerah Afrika yang beriklim tropis menyebar ke Srilangka, Sumatera dan Jawa. Tumbuh liar di pekarangan, ladang atau ditanam orang untuk obat-obatan. Tumbuh sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut (Pramono, 1996).

5. Manfaat tanaman
Daun G. procumbens oleh sebagian masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat kanker kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan 3 lembar daun segar sehari selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Meiyanto, 1996). Tumbuhan ini dilaporkan dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit ginjal (Heyne, 1987). Selain itu, G. procumbens juga dimanfaatkan sebagai antikoagulan, mencairkan pembekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, khusus bagian daunnya dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, luka terpukul, melancarkan sirkulasi (Wijayakusuma et al., 1992). Manfaat lain dari bagian daun tanaman ini dilaporkan oleh Dalimartha (1999) dapat untuk mengatasi batu ginjal, radang mata, sakit gigi, rematik sendi, perdarahan kandungan, kencing manis (diabetes mellitus), darah tinggi (hipertensi), ganglion, kista, tumor, memar.

6. Kandungan kimia
Daun tanaman G. procumbens mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988), asparaginase (Mulyadi, 1989). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman G. procumbens terdapat tiga flavonoid golongan flavon dan flavonol. Penelitian oleh Idrus (2003) menyebutkan bahwa G. procumbens mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)galaktosida, quercetin-3-O-rhamnosyl(1 -6)glukosida.

7. Penelitian-penelitian mengenai kemoprevensi G. procumbens
Pembuktian secara ilmiah mengenai khasiat tanaman ini melalui penelitian telah banyak dilakukan antara lain Sugiyanto et al. (1993), melaporkan adanya efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)piren (BAP) oleh preparat tradisional tanaman G. procumbens, penelitian Meiyanto (1996) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun G. procumbens (Lour.) Merr. mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP. Sifat antimutagenik ini juga dilaporkan oleh penelitian Sugiyanto et al. (2003), yaitu penghambatan mutasi pada Salmonella typhimurium. Secara in vitro, ekstrak etanol daun G. procumbens memiliki IC50 kurang dari 1000 ug/ml pada larva udang Artemia salina Leach (Meiyanto et al., 1997). Selain menghambat karsinogenitas pada kanker paru, G. procumbens juga diketahui mampu menghambat karsinogenitas kanker payudara. Pemberian post inisiasi ekstrak etanolik daun G. procumbens dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dapat mengurangi insidensi kanker payudara tikus yang diinduksi dengan dimetil benz(a)antrazena (DMBA), menurunkan rata-rata jumlah nodul tiap tikus (Meiyanto et al., 2004) serta secara kualitatif menurunkan ekspresi COX-2 (enzim yang berperan dalam angiogenesis). Penelitian Meiyanto dan Septisetyani (2005) menyatakan bahwa fraksi XIX-XX ESN memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC50 119 μg/ml. Fraksi tersebut juga menghambat proliferasi sel HeLa dan dapat menginduksi terjadinya apopotosis. Penelitian lebih jauh oleh Maryati (2006) menunjukkan flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun G. procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel T47D dan secara kualitatif meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis). Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksi-fraksinya yang mengarahkan pada efek kemopreventif G. procumbens, baik sebagai blocking maupun suppressing. Ekstrak etanolik daun G. procumbens juga dilaporkan memiliki efek antiangiogenik (Jenie and Meiyanto, 2006), sehingga tanaman ini berpotensi sebagai antimetastasis, anti-invasi.

Daftar pustaka

Backer, C.A., dan Van Den Brink, R.C.B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only), Vol II, N.V.P, 363-364, 424-425, Noordhoff-Groningen,The Netherlands.

Meiyanto, E., Sugiyanto, dan Sudarto, B., 1997, Uji Antikarsinogenik dan Antimutagenik Preparat Tradisional Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr., Fakultas Farmasi UGM, Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII, 32.

Perry, L.M., 1980, The Medical Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties and Uses, 94-95, The MIT Press, London.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 96-100, Pusat Studi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Suganda, A., Sudiro, I., dan Ganthina, 1988. Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat Daun Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr), Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III, Universitas Indonesia, Jakarta.

Sugiyanto, Sudarto, B., dan Meiyanto, E., 1993, Efek Penghambatan Karsinogenisitas Benzo(a)piren Oleh Preparat Tradisional Tanaman Gynura sp. Dan identifikasi Awal Senyawa yang Berkhasiat, Laporan Penelitian P4M DitJen DikTi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta.

Sugiyanto, Sudarto, B., Meiyanto, E., Nugroho, A.E., dan Jenie, U.A., 2003, Aktivitas Antikarsinogenik Senyawa yang Berasal dari Tumbuhan, Majalah Farmasi Indonesia, 14 (4), 216-225.

Thomas, A.N.S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, 120-121, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kontributor: R.I. Jenie dan Endang Sulistyorini S.P
sumber : CCRC

Resep Tanaman Obat Sambung nyawa

Diabetes Melitus
Siapkan tujuh lembar daun sambung nyawa yang masih segar. Cuci dan bilas dengan air matang. Makan daun tadi sebagai lalap mentah bersama dengan nasi. Lakukan dua kali sehari masing-masing tujuh lembar daun.

Darah tinggi
Ambil tujuh lembar daun sambung nyawa. Cuci bersih kemudian dimakan sehari sekali sebagai lalapan. Bisa juga ditumis atau dikukus sebentar sebelum dimakan atau dibuat jus. Lakukan hal ini dengan rutin.

Radang pita tenggorokan dan sinusitis
Siapkan empat lembar daun sambung nyawa buat anak-anak atau tujuh lembar untuk dewasa. Cuci lalu dimakan mentah atau dinikmati dengan dibuat jus. Lakukan sehari sekali.

Tumor
Makan tiga lembar daun sambung nyawa segar sebagai lalapan setiap hari. Jangan lupa dicuci bersih. Lakukan secara teratur setiap kali makan nasi.
Pantangannya: ikan asin, cabai, tauge, tape, sawi putih, kangkung, nanas, durian, lengkeng, nangka es, alkohol, limun dan vetzin.

Lever
Gunakan tiga lembar daun sambung nyawa segar sebagai lalapan bersama nasi setiap hari. Lakukan secara teratur. Jangan lupa dicuci bersih. Hendaknya berpantang makanan berlemak.

Ambeien
Makan tiga lembar daun sambung nyawa segar sebagai lalapan. Lakukan setiap hari dan secara teratur. Jangan lupa dicuci bersih. Lakukan pantangan daging kambung dan makanan pedas.

Kolesterol tinggi
Gunakan tiga lembar daun sambung nyawa segar untuk dibuat jus atau dimakan sebagai lalapan. Lakukan setiap hari secara teratur.


Maag
Cuci bersih tiga lembar daun sambung nyawa mentah segar kemudian dimakan sebagai lalapan setiap hari. Lakukan secara teratur. Pantangan: makanan yang pedas dan asam.


Kena bisa ulat dan semut hitam

Selembar daun segar digosokkan pada bagian tubuh yang gatal hingga daun tersebut mengeluarkan iar dan hancur. Lakukan dua kali selama dua jam sekali.

Ambil 20 lembar daun. Cuci dan digiling halus, beri air garam seperlunya. Ramuan ini berguna untuk mengurap sebanyak gigitan/sengatan, lalu dibalut (1-2 kali sehari sebanyak yang diperlukan).

Eksim
Siapkan bahan berupa tujuh lembar daun sambung nyawa, asam 10 gr, rimpang temulawak 5 jari, gula jawa 20 gr, segenggam sambiloto. Rebus semua bahan dengan dua gelas air hingga mendidih dan tersisa hingga separuhnya. Kemudian saring dan diminum sekaligus. Ulangi setiap hari selama lima hari berturut-turut.

Bisul
Tumbuk beberapa lembar daun sambung nyawa, adas pulosari, dan kapur sirih hingga halus. Kemudian oleskan atau balurkan pada bisul.

Tetanus
Siapkan bahan berupa lima lembar daun sambung nyawa, asam tengguli 3 jari, rimpang kencur 2 jari, rimpang bangle setengah jari, daun sambung 10 lembar, gula enau 3 jari. Semua bahan dipotong-potong dan direbis dengan air sebanyak empat gelas hingga mendidih dan tersisa tiga gelas. Dinginkan dan saring, kemudian minum tiga kali sehari sebanyak satu gelas.

Sumber: CBN

Tanaman Obat Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.)

Herba, berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 - 12,5 cm, lebar 1- 5,5 cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang. Tepi daun rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5 cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau berambut halus. Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun mempunyai susunan dan fragmen yang sesuai dengan sifat anatomi keluarga tumbuhan bunga matahari (Asteraccae = Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan jarang ditemukan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens adalah tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus adalah media RTK yaitu media RT dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksinya. Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas. Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi karena helaian daun lebih tipis dan lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Minyak atsiri daun Sambung nyawa yang diencerkan dengan etilasetat (1:6) dapat berefek positif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Namun E. coli tidak dihambat oleh minyak atsiri pada pengenceran yang sama secara in vitro. Pemberian ekstrak daun yang larut dalam etanol daun G. procumbens dengan dosis setara dengan 100 g dan 200 g tanaman per mencit, 2 kali seminggu selama 8 minggu, secara nyata menurunkan jumlah nodul tumor per paru, maupun prosentase mencit yang terkena tumor karena benzo(a) piren. Fraksi residu ekstrak daun G. Procumbens yang dilarutkan dalam etanol mempunyai aktivitas biologis terhadap sel vero dengan kadar hambat minimal 4026 µg/ml, terhadap sel mieloma dengan LC50 187 µg/ml. Sari daun yang larut dalam air dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus normal Sambung nyawa mengandung asparaginase dengan aktivitas spesifik 0,0175 ? 0,0080. Waktu inkubasi untuk menentukan aktivitas asparaginase Sambung nyawa adalah 40 menit. Lamanya waktu inkubasi berpengaruh terhadap aktivitas asparaginase Sambung nyawa. Selain waktu inkubasi, pH mempengaruhi aktivitas asparaginase Sambung nyawa dan aktivitas tertinggi pada pH 8,6 yaitu 1,64? 0,232 g NH3 / menit / mg protein. Toksisitas Ekstrak daun G. Procumbens yang larut dalam etanol memiliki LC50
KEGUNAAN DI MASYARAKAT
Batang tanaman Sambung nyawa sering digunakan untuk menurunkan demam. Sambung nyawa juga digunakan dalam upaya penyembuhan penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, di samping itu digunakan pada upaya menghentikan perdarahan, mengatasi tidak datang haid dan gigitan binatang berbisa.
Umbi untuk menghilangkan bekuan darah (haematom), pembengkakan, patah tulang, dan perdarahan setelah melahirkan.

CARA PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Untuk mengatasi gigitan ular / serangga digunakan daun dan umbi tumbuhan Sambung nyawa 1 batang, kunyit sebesar telur ayam 1 biji. Kunyit dikupas, dicuci kemudian ditumbuk bersama bahan lain hingga lembut. Tempelkan pada luka dan dibalut dengan air bersih.

Untuk mengatasi muntah darah / perdarahan rahim digunakan pohon Sambung nyawa dan umbinya 1 batang, kunyit 1 jari, kayu secang (tua) yang telah diserut 1/4 genggam. Kunyit dikupas, diiris tipis, kemudian direbus bersama bahan lainnya dengan air 2 gelas hingga tinggal 1 1/2 gelas. Angkat dan saring, diminum 2 kali sehari ½ gelas.

Untuk penyembuhan bisul digunakan daun Sambung nyawa segar 8 gram dicuci, ditumbuk sampai lumat. Kemudian ditempelkan pada bisul.

Komposisi :
Daun mengandung 4?senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid) . Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p?kumarat, asam p?hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3?hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5?hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin.

Sumber: Sentra Informasi IPTEK